Konvergensi
mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak.
Singkatnya, konvergensi merubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi,yang
penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi,politik,
pendidikan dan kebudayaan, perubahan ini ditandai dengan meningkatnya penggunaan
konvergensi media secara luas. (Soekartono:2010) bahwa kunci dari konvergensi
adalah digitalisasi, karena seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari
format analog ke format digital sehingga dikirim ke dalam satuan bit (binary
digit). Karena informasi yang dikirim merupakan format digital, konvergensi
mengarah kepada penciptaan produk produk yang aplikatif yang mampu melakukan
fungsi audio visual sekaligus komputasi.
Dalam
pandangan para penggiat media, hadirnya konvergensi dipandang sebagai proses
multiplatform konglomerat media yang sebelumnya terspesialisasi dalam satu
platform seperti cetak, radio, televisi atau online. Konvergensi teknologi
platform terjadi karena digitalisasi konten media, yang menyebabkan media lama
dan baru bertabrakan (Jenkins, 2006). Semakin menurun setiap tahunnya. Merambah
media televisi pun terdapat tren penurunan masyarakat yang menyaksikan siaran
televisi, didapatkan data bahwa jumlah penonton TV Free to Air menurun 13 menit
setiap tahunnya yang rata-rata menyaksikan siaran televisi hanya mencapai 4 jam
saja, sedangkan penggunaan internet lewat gadget mencapai durasi lima hingga
tujuh jam setiap harinya.
Perusahaan
media massa di Indonesia berkembang menajadi perusahaan multimedia sebagai
hasil dari merger, akuisisi, bahkan kerjasama dengan pihak asing. Maka sejak
tahun 2000-an hingga sekarang, industri media di Indonesia dikuasai oleh
beberapa grup media besar (Arismunandar, 2007). Contohnya, MNC Group (RCTI,
Global TV, Koran Sindo, Radio Trijaya), Bakrie Group (VIVA, MDIA, ANTV, tvOne,
sportOne, VIVA Networks). Media Group (Metro TV, Media Indonesia, Medcom.id,
Lampung Post, MetroTVNews.com, iD.M, MTI, Media Acamedy ), TransCorp Group
(Trans tv, Trans 7, dan Detik.com), dan PT Kompas Media Nusantara (Harian
Kompas, Tribun, Warta Kota, Kompas.com, Kompas TV).
Konvergensi
media memberikan keuntungan tersendiri khususnya bagi perusahaan media. Dengan
berkolaborasi, memudahkan perusahaan media memberikan informasi lebih menarik
dan informatif. Konvergensi media juga memberikan ruang kepada masyarakat untuk
ikut serta memberikan atau memberitakan suatu informasi yang biasa disebut
sebagai citizen journalism. Hal ini menjadi keuntungan dari konvergensi media
karena siapapun, dimana pun bisa membuat berita dengan mudah layaknya seorang
jurnalis, untuk membuat berita kemudian mengunggahnya pada platform apapun.
Konvergensi media tidak hanya berpengaruh pada proses perubahan jurnalistik,
namun juga menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat (Dudi Iskandar,
2018).
Konvergensi
media membuat perusahaan media saling berlomba-lomba dalam menyebarkan berita.
Berlomba kecepatan hingga konten yang di hasilkan. Adanya persaingan perusahaan
media, maka berdampak pada proses jurnalistik dalam mengolah berita.
Konvergensi media tidak hanya berdampak bagi perusahaan media, jika proses
jurnalistik tidak maksimal maka akan berdampak kepada kehidupan masyarakat yang
berkaitan dengan literasi dan konsumsi berita. Derasnya arus konvergensi media,
membuat industri media cetak menurun, dikarenakan mudahnya seseorang dalam
membuat tulisan kemudian menyebarkannya dengan tidak bertanggung jawab.
Tentunya fenomena konvergensi media akan menganggu dan sangat merugikan
masyarakat. Apabila industri media menurun maka akan berdampak pada hilangnya
pekerjaan orang orang di industri media.
Contoh konvergensi media yang terjadi di Indonesia adalah
yang terjadi pada harian Kompas, salah satu surat kabar terbesar di Indonesia.
Fenomena konvergensi media membuat Kompas menelurkan surat kabar digital dengan
nama Kompas.com, Detik.com bahkan telah mengubah format penerbitannya menjadi
format digital. Kompas sebagai bentuk media cetak tertua memang dituntut untuk
terus beradaptasi atau mati.
Melihat lajunya pertumbuhan internet, Kompas sebagai
media yang ingin terus bertahan dalam perindustrian telah mempersiapkan diri
dengan melakukan konvergensi sejak 1955. Media cetak, terutama surat kabar,
telah diramalkan mati ketika media elektronik seperti radio dan televisi
berkembang. Akan tetapi ramalan itu belum menjadi kenyataan, setidaknya sampai
saat ini.
Pasalnya, media cetak terus melakukan transformasi entah
dengan menambah, mengurangi, atau menata ulang kembali unsur-unsur medianya.
Apalagi sejak internet berkembang, media cetak mulai membuka akses dalam
jaringan (daring) sebagai bentuk pertahanannya terhadap teknologi berkembang
cukup pesat. Di Indonesia, surat kabar Republika memprakarsai transformasi ke
daring pada 1994, disusul oleh Tempo, Kompas, Waspada, serta surat kabar
lainnya dari tahun ke tahun.
Harian Kompas sebagai surat kabar kawakan di Indonesia
turut merasakan penurunan tiras dan pelanggan yang beralih mengakses berita ke
daring. Alhasil, Kompas meluncurkan Kompas.id sebagai ekstensi harian Kompas.
Dalam situs perusahaannya, kompasgramedia.com, dikatakan bahwa inovasi ini
dilakukan sebagai jawaban atas tantangan zaman dengan tetap menjaga nilai-nilai
jurnalisme khas harian Kompas. Kualitas informasi menjadi hal yang krusial
untuk berkomunikasi. Kecepatan, kemudahan, dan keindahan menjadi kehilangan maknanya
ketika akurasi dan kebenaran informasi diragukan. Inovasi dan kreasi tiada
henti pun terus dilakukan dengan tetap menjaga kualitas produk.
Sebelumnya, PT Kompas Media Nusantara sebagai perusahaan
yang menaungi harian Kompas sudah melahirkan Kompas.com yang pada mulanya
muncul dengan branding Kompas Online. Namun seiring dengan menjamurnya
pengiklan di situs daring, Kompas Online akhirnya dilepas dari redaksi harian
Kompas, ditandai dengan pembentukan PT Kompas Cyber Media pada 6 Agustus 1998.
Kehadiran KCM memberi peluang lebih leluasa bagi pengasuhnya untuk
mengeksploitasi teknologi internet. Sementara itu, harian Kompas tetap berada
di bawah PT Kompas Media Nusantara.
create :
Bagas Prasetio
Putri Ananda Hasanah
Ahmad Fadel
Panji Waloyojati
Komentar
Posting Komentar