TERIMA KASIH KU, KANTIN KU
Kantin, kata yang pasti pernah di dengar oleh semua orang, mulai dari dari jaman sekolah, kuliah sampai bekerja pun pasti kita mendengar nama kantin. Dan disinilah tempat yang menyenangkan untuk berinteraksi atau hanya sekedar duduk termenung ditemani minuman dan makanan kesukaan. Kantin bisa juga disebut sebagai tempat yang bersejarah bagi para pelajar, dan juga mahasiswa, karena disinilah kenangan-kenangan indah bersama teman tercipta. Dan untuk sebagian orang kantin adalah tempat yang paling nyaman di antara bangunan lainnya.
Berbicara kantin, pasti tidak terlepas dengan sosok ibu kantin. Ibu yang setiap pagi dengan sigap merapikan dagangnya dan membuat berbagai macam jenis makanan. Dimana setiap lonceng jam istirahat berbunyi, pasti langsung diserbu kawanan manusia dengan perut lapar nya.
Seperti cerita Pada malam itu, 5 Oktober 2022 tepat pukul 21.30 di kantin Universitas Nasional yang terlihat ramai sekali mungkin jika dihitung terdapat lebih dari 20 orang, bahkan untuk duduk pun sampai berdempet-dempetan. Suara bercengkrama para mahasiswa-mahasiswi pun terdengar begitu kencangnya. Tiap meja saling bercengkrama dengan topik yang berbeda-beda, membuat malam yang dingin selepas diguyur hujan pun menjadi hangat.
Tampak sosok di ujung kantin tepat di sebelah tempat parkir duduk seorang ibu didalam gerai nya,memakai jilbab coklat muda dibalut dengan baju berwarna senada dan celana hitam. Sosok ibu itu bernama ibu Lela, yang memiliki kantin dengan nama kantin bunda lela. “ Bu, mie godog nya tiga ya, sedeng jangan terlalu pedas sama minum nya 3 es cappucino” Ucap salah satu mahasiswa yang memesan makanan.
Ibu Lela pertama kali berdagang di kantin Universitas Nasional pada tahun 2005 yang ditawarkan oleh temannya. Jika dihitung-hitung maka ia sudah berjualan kurang lebih selama 17 tahun. Berdagang di kantin Unas pun tidak terlalu banyak peraturan, hanya pada awal nya Ibu lela menandatangani kontrak. Kontrak tersebut juga tidak mengikat, arti nya adalah ibu beranak dua tersebut dapat begadang di unas sampai waktu yang tidak ditentukan dan sesuai dengan kemampuannya. “ Gak banyak peraturan si kak, cuma di suruh jaga kebersihan aja “ tutur nya.
Ibu berusia 59 tahun tersebut tetap bersemangat berjualan di usia nya yang sudah senja, rambut yang dulunya hitam kini sudah mulai memutih. Di tahun 2015 , belahan jiwa nya meninggalkan ia untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk tetap berjuang menafkahi kedua anak nya. Dulu awal berjualan hanya ingin membantu perekonomian keluarga, namun semenjak tahun tahun 2015, Ibu Lela menjadi tulang punggung keluarga. Tak terasa tahun demi tahun ia lewati dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan juga perjuangan, yang pada akhir nya menghantarkan kedua anak laki-laki nya menjadi sarjana.
Semenjak dua putra nya sudah lulus kuliah, beban yang dipikul pun sudah mulai ringan. Anak pertama mengajar sebagai dosen di Universitas Siber Asia dan anak kedua nya membantu mengelola kantin dimana hal tersebut membantu membiayai keperluan dapur, membayar tagihan listrik, air, dan kebutuhan lainnya. “ kalo sekarang anak-anak udah lulus, jadi udah bisa bantu ibu sedikit-sedikit. Mereka udh lulus kuliah aja ibu sudah senang kak” ujar perempuan keturunan Sunda dan Bengkulu tersebut.
Kembali ke malam itu, malam yang semakin larut membuat jemari nya dengan telaten membereskan dagangan nya sembari mencatatnya di buku panjang, untuk mengetahui mana yang sudah mulai habis dan perlu untuk diisi kembali esok pagi. Ibu lela tidak sendiri ia di temani dua orang laki-laki yang salah satu nya adalah anaknya bernama Angga.
Meskipun kantin ibu lela sudah ingin tutup, ia tetap ramah menerima pesanan dari para mahasiswa yang baru menyelesaikan pembelajaran nya. Sikap ramah dan juga senyum yang merekah di setiap melayani para pembeli, membuat pembeli pun menjadi senang. Dan makanan favorite yang sering dipesan yaitu mie godog jawa nya. “ gue milih beli makan dan jajanan kantin di ibu lela ya larena pelayanan ramah, harga nya terjangkau,menu nya juga enak- enak dan yang paling gue suka itu yaa mie jawa nya” ujar Fandi salah satu mahasiswa di Unas Di balik senyum ramah bu Lela, ia juga merasakan dampak dari Covid-19 lalu yang sedang merebak pada masa itu. Kasus covid-19 yang semakin meningkat menyebabkan perkuliahan menjadi online. Tentu hal ini membuat kantin menjadi tutup. Namun dengan Seiring berjalannya waktu, jumlah positif kasus Covid-19 semakin menurun, dan kampus-kampus pun mulai menerapkan pembelajaran secara onsite. Kabar ini tentu menjadi sebuah harapan baru bagi nya . Karena kantin sudah diperbolehkan buka seperti sedia kala.
Begitu banyak cerita mulai dari suka dan duka dilewati ibu lela di kantin unas ini. Sama hal yang dirasakan juga oleh para mahasiswa, banyak tawa canda dan juga tangis mungkin pernah mereka tuangkan di kantin. Sehingga kita sebagai para mahasiswa sangat mengapresiasi para pemilik kantin, yang selalu ramah dan sigap dalam melayani. Dan kita sebagai mahasiswa juga dapat meringankan beban mereka. Dengan membuang sampah tempat nya dan terus menjaga kebersihan dan satu lagi jangan lupa membayar makanan dan minuman sesuai dengan yang kita pesan, karena jika kita menanamkan kebaikan dan juga kejujuran maka di kemudian hari pasti kita kan menuai hal-hal yang baik dan juga positif.
Lulu Astrid Alawiyah- 203516416328
Komentar
Posting Komentar