Ya itulah sosok Herman
penari penghibur jalanan jakarta yang bisa dibilang cukup unik. Tidak peduli
berapa usianya kini dia tetap bersemangat dan memiliki 1001 cara untuk tetap
menghidupi keluarganya. Uniknya lagi, Herman menari serta berjoget dengan
diiringi beberapa aliran musik dengan genre yang berbeda dan salah
satunya adalah lagu bergenre RnB. Di mana kita tahu RnB merupakan lagu yang
bitnya cukup cepat. Benar-benar menggambarkan semangat juang seorang Herman
yang tidak pernah habis. Tidak ada yang pernah menyangka, justru cara tersebut
melahirkan suatu keunikan pada sosok diri Herman. Lokasi tempat mangkal
jogetnya yang cukup ramai dilewati orang membuat Herman sering menjadi pusat
perhatian orang banyak.
Jauh sebelum menjadi
penghibur jalanan, Herman sempat berprofesi menjadi kuli bangunan, namun
pekerjaan yang tidak selalu menghampirinya itu, membuat Herman harus mencari
cara lain untuk mendapatkan penghasilan, yakni menjadi Tukang Ojek Pangkalan dan
dia menjalani profesi tersebut kurang lebih selama satu tahun. Meskipun dia
tidak terdaftar di komunitas resmi Ojek Pengkolan, namun warga sekitar merasa
kasihan dengan Herman akhirnya dia dibolehkan untuk bergabung di depan stasiun
walau tidak terdaftar. Naasnya motor yang menjadi satu-satunya sumber rezeki
Herman harus hilang, “Saya bangun tidur udah gaada motornya”, jelasnya sambil
mengingat kejadian yang cukup membuatnya sedih. Entah apa yang sedang
menimpanya saat itu, namun dia tidak pernah terlalu larut dalam kesedihan. “Dia
sudah dua kali kehilangan motornya, pertama leasing dan itu kemarin di colong
orang di rumahnya”, ujar Fachri, salah seorang tukang ojek pangkalan yang cukup
mengenal sosok Herman.
Tak lama dari kejadian
kehilangan satu – satunya mata pencaharian, Herman langsung sigap mengambil
sikap agar keluarganya tetap bisa melanjutkan hidup, dan anak – anaknya yang
masih kecil dapat mengenyam pendidikan yang layak. Luka pada kaki, dan tubuh
yang sudah sangat renta tak menjadi halangan dirinya beralih profesi, menjalani
hari sebagai penghibur jalanan. Selama sebulan ini sudah terasa pahitnya
bekerja dengan penghasilan yang tak tentu berapa yang dapat dikumpulkan setiap
harinya, membawa selembar uang Rp 50 ribu sudah menjadi kebanggaan beliau.
Herman tak pernah merasa bahwa rezeki yang diberikan kepadanya terlalu kecil
atau terlalu besar, berapapun yang diberikan Tuhan atas keringat yang telah
tercucur beliau terima dengan lapang dada. Melihat tubuh kecilnya, melihat
senyum tipisnya, ikhlas menjalani derasnya arus kehidupan, membuat kita lebih
bersyukur atas apa yang Tuhan berikan. “Membawa uang 50 ribu saja saya sudah
bersyukur”. Tanpa adanya rasa kesal yang menggumpal di hati, beliau berbicara
demikian.
Satu bulan sudah arus di
arungi, tetapi tidak terlihat rasa sesal dan gundah diraut wajahnya, akan
pekerjaan yang begitu menyiksa tubuh renta dirinya. Herman tetap datang ke
tempat yang sama setiap hari di sore hari, tidak perduli panas, tidak perduli
hujan. Ia tetap mendorong gerobak musiknya menuju pos utama persinggahannya
untuk mencari nafkah. Langkah demi langkah, Herman lalui dengan hati yang
lapang, dan niat mencari sesuap nasi untuk dirinya dan keluarga. “Seberat
apapun pekerjaan, akan terasa ringan apabila dilakukan untuk keluarga” ujarnya.
Kurun waktu yang relatif belum lama tersebut, beliau sudah bisa menarik simpati
banyak orang, dengan kerja kerasnya menjadi seorang yang berbeda dari penghibur
yang lain serta rasa ikhlasnya menjalani pekerjaan tersebut.
Ditulis oleh: Soppa Ranti (193516416687)
Komentar
Posting Komentar